Cerpen Hidup Ketika Mati
ok guys...
kali ini saya akan berbagi sebuah cerpen (?). Tapi cerpen ini bukan saya yang buat melainkan kembaran saya yang dibantu oleh beberapa artikel (siapa yang nanya :p? *abaikan), hehehehhhe...Cerpen ini terinspirasi dari film jepang yang berjudul midnight sun... Saya rasa udah pada tau.
okey langsung aja, ini dia cerpennya.
kali ini saya akan berbagi sebuah cerpen (?). Tapi cerpen ini bukan saya yang buat melainkan kembaran saya yang dibantu oleh beberapa artikel (siapa yang nanya :p? *abaikan), hehehehhhe...Cerpen ini terinspirasi dari film jepang yang berjudul midnight sun... Saya rasa udah pada tau.
okey langsung aja, ini dia cerpennya.
HIDUP
KETIKA MATI
Matahari terlihat mulai merangkak naik
mengintip dari balik awan dan dari
sela-sela dedaunan. Kicauan burung nan syahdu terdengar diantara hembusan
angin, menambah kesan damai di pagi itu. Perjalanan hidup manusia nan seperti
sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang terkadang sulit ditebak.
Pada pagi itu, ada seorang anak perempuan
menengadah menatap langit. Ia adalah Naira. Naira adalah seorang gadis berumur
17 tahun yang menderita penyakit Xeroderma Pigmentosum
(XP)atau lebih dikenal dengan nama sindrom dracula. Dimana penderitanya tidak
boleh terkena sinar matahari langsung, karena apabila terkena sinar matahari
dapat mengakibatkan kulit melepuh, timbul bercak hitam, iritasi ringan hingga
berat pada mata, bahkan bisa berujung pada kematian.
Naira hidup dalam kehidupan yang berbeda dengan manusia
normal lainnya. Maksudnya jika kebanyakan orang beraktivitas pada siang hari
dan
istirahat pada malam hari, sedangkan bagi Naira justru sebaliknya. Tapi
Naira tetap menerimanya dengan lapang dada, begitu pula dengan orang tua Naira
yang selalu memberikan dukungan penuh kepada Naira.
Menjelang fajar menyinsing, Naira selalu memerhatikan
seorang pria yang duduk di halte bis dari jendela rumahnya yang bertingkat.
Saat sedang asyik-asyiknya memperhatikan cowok itu, tiba-tiba seorang wanita
sebaya dengannya mengagetkan dari belakang.
“
Baa.......” suara wanita itu tadi dengan
nada yang cukup keras.
Ternyata ia adalah sahabat Naira sejak SD yaitu Bella.
Saat itu Naira belum terkena penyakit langka ini.
“
Iih.... aku terkejut tau! “ kata Naira sambil mencubit pipi Bella.
“
Hehehe........ maaf!” Kata Bella.
Bella terus saja memandangi Naira yang terus
memperhatikan cowok itu dengan senyum-senyum.
“
Hai.... kamu suka sama cowok itu ya? “kata bella sambil mencolek Naira.
“
Haa? Ya nggaklah! aku suka memperhatikan dia karena dia lucu tau!“kata Naira
dengan muka agak serius.
“Oooohhhh.......”kata
Bella dengan irama menggoda.
Malam pun tiba, saatnya Naira pergi ke taman untuk
bermain gitar dan menyanyikan lagu kesukaannya. Malam itu Naira pergi bersama
Bella. Ketika mereka sedang bermain gitar bersama, tiba-tiba saja cowok yang
sering diperhatikan Naira itu melintas didepan mereka. Tanpa pikir panjang dan
dengan polosnya, Naira mengejar-ngejar cowok itu, hingga cowok itu terjatuh
karena ketakutan .
“Hai.....
aku Naira, aku berumur 17 tahun, aku selalu memperhatikan kamu dari sana” kata
Naira sambil menunjuk kearah rumahnya.
“Eh....?”
kata lelaki itu dengan penuh keheranan.
“Oh ya...... binatang favoritku adalah
cheetah, buah-buahan kesukaanku adalah pisang, dan hobiku adalah bermain gitar
dan bernyanyi!” sambung Naira dengan
nafas terengah-engah.
Cowok itu tambah bingung , ketakutan dan bercampur dengan
rasa takjub karena baru pertama kali bertemu dengan cewek seperti Naira. Untuk
mencegah Naira berbuat lebih konyol dari itu, Bella pun langsung menyeret Naira
pulang ke rumah. Pada siang harinya, saat Naira masih tertidur pulas, tiba-tiba
Bella datang kerumah Naira dan langsung masuk ke kamar Naira dengan nafas
terengah-engah dan dengan wajah yang sangat penuh semangat.
“Nai.....
bangun!!” kata Bella dengan suara yang agak kencang.
“Iya,
iya..... ada apa sih?” kata Naira sambil mengangkat badannya dari kasur.
“
Aku ada kabar gembira buat kamu!” kata Bella dengan suara penuh keriangan .
“apa?”
tanya Naira.
“ Cowok yang sering kamu perhatiin itu,
ternyata satu sekolah sama aku! Dan aku tau
namanya loh!” kata Bella.
“ Oh ya......? siapa namanya? kasih tau dong!” kata Naira dengan
raut muka memohon.
“
namanya Chandra Danil. Tapi lebih sering dipanggil Danil!” kata Bella.
“Terima kasih
ya sahabatku yang paling baik didunia!” kata Naira sambil memeluk Bella.
Hati Naira menjadi senang karena telah mengetahui nama
cowok itu. Pada malam selanjutnya, Naira pergi keluar tapi hanya sendiri karena
Bella ada acara keluarga. Setelah selesai menyanyikan sebuah lagu, ia
memutuskan pergi ke halte bis, dengan harapan bisa bertemu dengan Danil. tanpa
Naira sadari, saat ia sedang menirukan tingkah yang biasa dilakukan Danil,
tiba-tiba ada seseorang yang memanggilnya.
“Hai....
kau cheetah kan?” kata orang itu.
Dan ternyata orang itu adalah Danil. Dengan kepolosannya,
Naira pun menjawab pertanyaan Danil.
“Tidak!aku
bukan cheetah! Aku Naira!”kata Naira.
“Hehehe.... ! Maaf! Sebab kau bicaranya
terlalu kencang, jadi otakku hanya dapat menyimpan kata yang mirip denganmu!
cheetah!” jawab Danil dengan sangat jujur.
“Ha....??”kata Naira.
“Ahh...
aku Cuma bercanda kok! oh ya... perkenalkan namaku....” kata Danil.
“Danil!”
kata Naira langsung memotong ucapan Danil.
“Oooohhh....
kau sudah kenal aku?” tanya Danil.
Naira hanya mengangguk, dan pada saat itu ia baru
tersadar kalau sebentar lagi matahari akan terbit. Jadi, Naira langsung berlari kerumahnya dan
tak lupa melambaikan tangannya kepada Danil. Sejak saat itu sahabat Naira
berubah menjadi dua yaitu Bella dan
Danil.
Pada suatu malam Naira mengajak Danil pergi ke taman
tempat ia biasa menghabiskan waktu malamnya. Tapi sayangnya, tempat itu telah
ditempati oleh penyanyi jalanan lain. Lalu Danil mengajak Naira ke suatu tempat
yang sangat ramai walaupun sudah malam hari yaitu pasar malam. Setelah sampai
disana Danil segera mencarikan tempat untuk Naira bernyanyi dan bermain gitar
kesayangannya.
“Nai....
kalau disini bagaimana?”kata Danil.
“
Wah.... disini indah dan ramai banget ya!” kata Naira dengan penuh kagum.
“Oh
ya?” kata Danil sambil senyum karena melihat ekspresi dari Naira yang begitu
bahagia.
“Iya! Aku baru pertama kalinya ngerasain
berada ditengah-tengah keramaian seperti ini! Danil terima kasih ya atas semua
ini! Aku takkan pernah melupakan kebaikan kamu walaupun nanti aku sudah mati!” kata Naira dengan penuh kebahagiaan.
Setelah menemukan tempat yang nyaman, Naira pun langsung
beryanyi dan dengan diiringi suara gitar yang sungguh indah, sehingga hampir
semua pengunjung pergi ketempat Naira bernyanyi. Setelah menyanyikan beberapa
lagu, Naira pun mempersembahkan lagunya yang paling spesial kepada semua orang
yang ada disana, karena lagu ini menceritakan tentang keinginannya untuk bisa
sembuh dari penyakit yang dideritanya dan jangan menjadi orang yang gampang
putus asa. Setelah mendengarkan lagu itu, semua orang yang yang berada disana
menjadi menangis.
“Wahh..... hebat kamu Nai, bisa buat orang
sebanyak ini menangis!” kata Danil dengan berbisik-bisik.
“ Hehehe....... terima kasih atas pujiannya!”
kata Naira.
Sebelum kembali kerumah mereka berhenti terlebih dahulu
dipinggir pantai. Disana mereka menikmati pemandangan malam serta sesekali
bercerita-cerita.
“
Nil, hobiku kan bermain gitar dan bernyanyi! Kalau hobi kamu apa?” tanya Naira.
“kalau
aku surfing! Kapan-kapan kamu lihatin aku surfing ya!” kata Danil.
Naira
yang mendengar itu, mendadak diam, dia berpikir bahwa sahabatnya itu mempunyai
hobi bermain surfing, tentunya ini adalah kegiatan di siang hari dan di hari
yang panas. Naira pun berpikir dalam hati dia tidak akan bisa ikut menikmati
hobi dari sahabatnya itu. Tak beberapa menit kemudian, Naira baru sadar bahwa
sebentar lagi mentari akan menampakkan dirinya. Dengan sekuat tenaga Naira
terus berlari berpacu dengan terbitnya fajar.
“Nai.... naik motor aku
saja!” kata Danil.
Naira pun segera naik motor Danil.
Sayang, ketika sinar matahari tepat bersinar, Naira tepat berada di pintu masuk
rumahnya, meski berhasil masuk ke dalam rumah, namun Naira sempat terkena sinar
matahari, akibatnya Naira mengalami peradangan kulit. Karena mengetahui hal itu
orang tua Naira pun langsung membawa Naira ke dokter.
“Bagaimana keadaan anak saya
dok?” tanya orang tua Naira.
“Maaf bu, Naira tidak akan
bertahan lebih lama lagi!” Jawab dokter.
Orang tua Naira pun menangis karena tak
kuasa menahan haru, apalagi Naira Juga anak semata wayangnya. Karena Naira
menolak untuk dirawat di rumah sakit, terpaksa orang tuanya membawa Naira
kembali pulang karena itu adalah keinginan anaknya sendiri . Lama kelamaan
penyakit Naira bertambah parah, tangan dan kakinya sulit untuk digerakkan.
Sampai saat itu Danil masih belum
mengetahui apa-apa tentang Naira, dan hingga akhirnya Bella menceritakan
penyakit yang diderita Naira dan kondisi Naira saat ini.
“Ini
semua salahku!” kata Danil sambil meneteskan air mata.
“Sekarang bukan waktu yang
tepat untuk meyalahkan diri sendiri! Lebih baik sekarang kita berusaha untuk
mewujudkan mimpi Naira!” kata Bella sambil menangis.
“memangnya cita-cita Naira
apa?” tanya Danil.
Setelah menceritakan impian Naira kepada
Danil yaitu ingin menjadi penyanyi terkenal. Mendengar hal itu Danil menjual
papan selancar kesayangannya dan bekerja paruh waktu. Namun seiring berjalannya waktu keadaan Naira
semakin memburuk.
“Naira
kami semua ada kejutan buat kamu!” kata Danil sebagai juru bicara.
“Apa
itu?” tanya Naira.
“Kamu
ikut dengan kami ya!”kata Danil.
Mereka semua mengajak Naira ke studio rekaman. Naira
sangat senang dengan kejutan itu. Tak mengulur-ngulur waktu Naira pun langsung
rekaman dan lagunya itu akan diputar di radio-radio satu minggu lagi.
“Semuanya terima kasih ya, karena telah
mewujudkan impianku! Tapi aku punya satu impian lagi yaitu ingin melihat Danil
surfing di pantai pada siang hari!” kata Naira dengan wajah yang semakin pucat.
Semuanya hanya bisa mengikuti keinginan terakhir Naira.
Naira yang berpakaian khusus seperti pakaian astronot merasa sangat senang,
karena dapat berada diluar rumah pada siang hari.
“Ayah
ternyata diluar itu panas ya!”kata Naira.
Ayah Naira terkejut saat mendengar ucapan Naira dan
segera memperbaiki baju Naira. Hati ayahnya sangat hancur melihat anak semata
wayangnya menderita penyakit sekejam itu.
“Dia selalu menangis ingin keluar pada siang
hari” kata ayah Naira kepada istrinya dengan bercucuran air mata.
“kasihan Naira, Dia anak yang hidup dalam
kegelapan.” Sambung ibu Naira.
Naira pun berjalan menuju Danil yang berada di tepi
pantai. Naira mencoba dengan sekuat tenaga walau kaki kirinya kurang bisa
digerakkan, tapi akhirnya Naira berhasil sampai ditempat Danil.
“Bagaimana, aku akhirnya bisa berjalan
dibawah terik matahari kan! Aku juga sudah melihat hobi kamu secara langsung!”
kata Naira dengan senyuman yang sambil
mencubit pipi Danil.
“Ayah, Ibu,Bella, Danil! aku sayang kalian
semuanya selamanya!” kata Naira dengan senyuman penuh kehangatan.
Itu adalah kata terakhir yang keluar dari mulut Naira. Namun
sayangnya, belum sempat ia mendengarkan
suaranya diputar dari radio-radio, Naira sudah pergi menghadap Tuhan . Orang
tua Naira, Bella, dan Danil tak kuasa menahan air mata saat mengetahui kalau
Naira, orang yang sangat mereka cintai telah tiada. Namun, walupun demikian, di
hati mereka semua Naira akan tetap hidup untuk selamanya.
Comments
Post a Comment